Laporan Hasil Observasi
" Minuman Beralkohol"
Nama : Billy Chistufia Yusinda
Kelas : X MIA 3
No. Absen : 06
UPT SMA NEGERI 2 KOTA MOJOKERTO
Tahun Pelajaran 2014/2015
MINUMAN BERALKOHOL
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya
menyebabkan penurunan kesadaran.
Minuman beralkohol dapat dikelompokkan
menjadi 4, yaitu Air mineral, sari buah, sari alami, dan minuman ringan. Air
mineral adalah minuman yang didapat dari sumber mata air dalam bumi, contohnya
Aqua, Club, dsb. Sari buah adalah minuman yang
diperoleh dari air hasil perasan buah, contohnya sari buah jeruk, sari buah apel, dsb. Sari alami adalah adalah sari yang
diperoleh dari tanaman tanpa adanya campuran dari bahan pengawet, contohnya air
kelapa. Minuman ringan adalah air yang dicampur dengan bahan-bahan mineral dan
kemudian ditambahkan dengan gas, contohnya Coca Cola, Sprite, dsb.
Minuman beralkohol dibagi menjadi 3, yaitu
Golongan A, Golongan B, dan Golongan C. Golongan A yaitu minuman beralkohol
yang mengandung 1-5% etanol , contohnya yaitu Bir. Golongan B yaitu minuman beralkohol yang mengandung
6-20% etanol, contohnya Wine/Anggur. Golongan C yaitu minuman berlkohol yang mengandung
21-45% etanol, contohnya Whiskey, Vodka,dsb.
Bila dikonsumsi
berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping ganggguan
mental organik (GMO), yaitu
gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berperilaku. Timbulnya GMO itu
disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif
alkohol itu, orang yang meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah
takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.
Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti
misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu
menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya.
Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap,
muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen
misalnya mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
Efek samping terlalu banyak minuman beralkohol juga menumpulkan sistem
kekebalan tubuh. Alkoholik kronis membuat jauh lebih rentan terhadap virus
termasuk HIV.
Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut
diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan jantung
berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.
Kandungan alkohol di atas 40 gram untuk pria setiap hari atau di atas 30
gram untuk wanita setiap hari dapat berakibat kerusakan pada organ/bagian tubuh
peminumnya. Misalnya, kerusakan jaringan lunak yang ada di dalam rongga mulut,
seputar tenggorokan, dan di dalam sistem pencernaan (di dalam perut). Organ
tubuh manusia yang paling rawan akibat minuman keras adalah hati atau lever.
Seseorang yang sudah terbiasa meminum minuman beralkohol, apalagi dengan
takaran yang melebihi batas, setahap demi setahap kadar lemak di dalam hatinya
akan meningkat. Akibatnya, hati harus bekerja lebih dari semestinya untuk
mengatasi kelebihan lemak yang tidak larut di dalam darah. Dampak lebih lanjut
dari kelebihan timbunan lemak di dalam hati tersebut akan memakan hati sehingga
selnya akan mati. Kalau tidak cepat diobati akan terjadi sirosis (pembentukan
parut) yang akan menyebabkan fungsi hati berkurang dan menghalangi aliran darah
ke dalam hati. Kalau tidak segera diobati akan berkembang menjadi kanker hati.
Tidak hanya bagian lever yang akan rusak atau tidak berfungsi, bagian
lain seperti otak pun bisa terganggu. Hal itu membuktikan bahwa minuman keras
mengakibatkan penyakit yang bisa membawa kematian
Bir
Bir merupakan minuman beralkohol dengan cita rasa berasal dari suatu bahan berasa pahit, yaitu hop, serta diperoleh dari fermentasi khamir pada maltosa yang didapat dari degradasi enzimatik pati.
Secara komersial, bir diproduksi dalam beberapa tahap.
1. Malting. Gandum (barley) direndam dalam air (steeping), ditiriskan, dan
dibiarkan berkecambah dalam kondisi yang paling mendukung
pembentukan amilase. Kecambah selanjutnya dikeringkan, serta diayak untuk memisahkan
akar-akarnya. Bahan ini disebut malt.
2. Malt digiling dan direndam dalam air panas bersama dengan pati serealia (jagung atau beras). Pati akan tergelatinisasi dan terhidrolisis oleh enzim amilase menjadi gula yang dapat difermentasi. Ekstrak yang dapat difermentasi ini, disebut wort, kemudian disaring.
3. Untuk memberi cita rasa, ke dalam wort selanjutnya ditambahkan hop. Campuran tersebut kemudian dididihkan untuk sterilisasinya.
4. Cairan yang disebut liquor ini selanjutnya disaring kembali dan didinginkan sebelum diinokulasi dengan khamir S. cerevisiae, yang merupakan khamir "permukaan" (top yeast), untuk mendapatkan bir tipe ale —menggunakan malt yang sangat kering-- dan S. carlsbergensis atau S. uvarum, yang merupakan khamir "bawah" (bottom yeast), untuk mendapatkan bir tipe lager, yang biasanya berwarna lebih terang daripada tipe ale.
5. Bahan tersebut selanjutnya dibiarkan pada suhu sekitar 50 sampai 100 derajat Celsius (untuk bir tipe lager) atau 100 sampai 200 derajat Celsius (untuk bir tipe ale) untuk difermentasi selama beberapa hari. Selama waktu itu maltosa terkonversi menjadi alkohol dan gas karbondioksida.
6. Untuk memperbaiki kualitas, pada akhir fermentasi bir akan mengalami proses pengendapan, centrifuge, dan penyaringan khamir. Bir kemudian disimpan dalam tong-tong penyimpanan untuk pematangan selama 1 hingga 4 minggu pada suhu rendah (50 derajat Celsius), kemudian dimasukkan ke dalam tong kecil (cosk), botol, atau kaleng.
7. Bir yang dikemas dalam botol atau kaleng biasanya dipasteurisasi pada suhu 68 derajat Celsius untuk beberapa detik sebelum dipasarkan, sedangkan bir yang dikemas dalam tong tidak dipasteurisasi.
2. Malt digiling dan direndam dalam air panas bersama dengan pati serealia (jagung atau beras). Pati akan tergelatinisasi dan terhidrolisis oleh enzim amilase menjadi gula yang dapat difermentasi. Ekstrak yang dapat difermentasi ini, disebut wort, kemudian disaring.
3. Untuk memberi cita rasa, ke dalam wort selanjutnya ditambahkan hop. Campuran tersebut kemudian dididihkan untuk sterilisasinya.
4. Cairan yang disebut liquor ini selanjutnya disaring kembali dan didinginkan sebelum diinokulasi dengan khamir S. cerevisiae, yang merupakan khamir "permukaan" (top yeast), untuk mendapatkan bir tipe ale —menggunakan malt yang sangat kering-- dan S. carlsbergensis atau S. uvarum, yang merupakan khamir "bawah" (bottom yeast), untuk mendapatkan bir tipe lager, yang biasanya berwarna lebih terang daripada tipe ale.
5. Bahan tersebut selanjutnya dibiarkan pada suhu sekitar 50 sampai 100 derajat Celsius (untuk bir tipe lager) atau 100 sampai 200 derajat Celsius (untuk bir tipe ale) untuk difermentasi selama beberapa hari. Selama waktu itu maltosa terkonversi menjadi alkohol dan gas karbondioksida.
6. Untuk memperbaiki kualitas, pada akhir fermentasi bir akan mengalami proses pengendapan, centrifuge, dan penyaringan khamir. Bir kemudian disimpan dalam tong-tong penyimpanan untuk pematangan selama 1 hingga 4 minggu pada suhu rendah (50 derajat Celsius), kemudian dimasukkan ke dalam tong kecil (cosk), botol, atau kaleng.
7. Bir yang dikemas dalam botol atau kaleng biasanya dipasteurisasi pada suhu 68 derajat Celsius untuk beberapa detik sebelum dipasarkan, sedangkan bir yang dikemas dalam tong tidak dipasteurisasi.
Wine
`
Wine diperoleh dari fermentasi buah anggur warna merah atau jingga bersama kulitnya yang mengandung pigmen merah. Sementara anggur putih (white wines) dibuat dari buah anggur warna putih dan difermentasi tanpa kulit.Pada pembuatan wine, buah anggur hasil panen akan mengalami proses penghancuran untuk mengeluarkan sari buah yang mengandung gula. Kalium atau natrium metabisulfit selanjutnya ditambahkan pada hancuran yang disebut lumut (must) tersebut, guna menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan khamir liar. Ke dalam lumut selanjutnya diinokulasikan S. cerevisiae atau S. ellipsoideus, dan dibiarkan berbulan-bulan hingga fermentasi betul-betul sempurna. Setelah proses tersebut, anggur dikeluarkan dan dimatangkan dalam tong-tong kayu di mana cita rasa selanjutnya akan terbentuk.
Brandy
Brandy adalah minuman anggur hasil distilasi, dan biasanya
memiliki kadar etil alkohol sekitar 40-60%. Bahan baku brendi bukan hanya
anggur, melainkan juga pomace (ampas buah anggur sisa pembuatan minuman anggur)
atau fermentasi sari buah. Bila bahan baku tidak ditulis pada label, brendi
tersebut dibuat dari buah anggur asli.[2]
Dalam kebudayaan Barat, brendi adalah minuman yang disajikan
sesudah makan. Brendi yang dibuat dari minuman anggur biasanya diberi pewarna
karamel untuk meniru warna brendi yang lama disimpan di dalam tong kayu. Brendi
dari pomace atau sari buah biasanya langsung diminum tanpa melalui proses
pematangan di dalam tong kayu, dan tidak diberi pewarna.
Cider
Cider merupakan minuman
yang terbuat dari jus apel. Di Amerika dan Kanada, cider atau sweet cider
merupakan istilah untuk jus apel yang tidak difermentasi, sedangkan jus apel
yang difermentasi disebut hard cider.
Di Inggris, istilah cider selalu digunakan untuk minuman beralkohol. Akan tetapi di Australia, istilah cider dapat digunakan baik untuk produk beralkohol ataupun tidak, Hasil distilasi cider dengan proses pembekuan menghasilkan produk yang dinamakan applejack.
Di Inggris, istilah cider selalu digunakan untuk minuman beralkohol. Akan tetapi di Australia, istilah cider dapat digunakan baik untuk produk beralkohol ataupun tidak, Hasil distilasi cider dengan proses pembekuan menghasilkan produk yang dinamakan applejack.
Whisky
yaitu minuman beralkohol dari fermentasi serealia yang mengalami proses mashing (dihaluskan, dicampur air serta dipanaskan), dan hasilnya melalui proses distilasi sebelum dimatangkan dengan cara disimpan di dalam tong kecil dari kayu.
Jenis-jenis whisky seperti Scotch dan Rye menunjukkan jenis biji-bijian utama yang digunakan dengan tambahan biji-bijian lain (yang paling sering adalah gandum, kadang-kadang oat).
Rum
Rum adalah hasil penyulingan air tebu, sirup, atau tetes (molasse)- merupakan produk samping dalam pembuatan gula— yang difermentasi S. cerevisiae. Khamir ini akan menghasilkan enzim zimase dan invertase. Enzim zimase berfungsi sebagai pemecah sukrosa menjadi monosakarida (glukosa dan fruktosa), sedangkan enzim invertase akan mengubah glukosa menjadi etanol.
Proses pembuatannya, mula-mula tetes diencerkan dengan air hingga konsentrasi gulanya menjadi 14%-18% persen. Nutrisi yang ditambahkan biasanya berupa amonium sulfat sebanyak 70-400 g/100 liter cairan tetes. Sementara sebagai sumber unsur nitrogen dapat digunakan amonia, garam amonium, asam amino, peptida, pepton, nitrat atau urea.
Pengaturan pH, menjadi 4,5-5,0, dilakukan dengan cara menambahkan asam sulfat antara 1-21/1000 liter cairan tetes.
Ke dalam cairan tetes selanjutnya diinokulasikan biakan khamir sebanyak 5%-8% volume. Lama fermentasi berkisar 30-72 jam, sementara suhu optimumnya berkisar antara 32 -330 derajat Celsius.
Vodka dan Gin
Dua jenis distilled beverages yang paling umum adalah vodka dan
gin. Karakteristik vodka yang utama adalah dilakukannya proses distilasi
terhadap hasil fermentasi berbagai jenis bahan, di mana biji-bijian dan kentang
merupakan sumber yang paling umum, secara tuntas hingga aroma bahan asal tidak
tersisa sama sekali.
Sementara gin merupakan hasil distilasi seperti vodka yang diberi flavor dengan cara menambahkan herba ataupun jenis-jenis tumbuhan lain khususnya juniper berries. Nama gin sendiri berasal dari nama minuman genever yang berasal dari Belanda yang berarti juniper.
Sementara gin merupakan hasil distilasi seperti vodka yang diberi flavor dengan cara menambahkan herba ataupun jenis-jenis tumbuhan lain khususnya juniper berries. Nama gin sendiri berasal dari nama minuman genever yang berasal dari Belanda yang berarti juniper.
Tequila
Tequila (pelafalan dalam bahasa Spanyol: [teˈkila]) adalah
minuman distilasi yang terbuat dari tanaman agave yang dibuat di sekitar kota
Tequila, 65 kilometer (60 mil) barat laut Guadalajara, di daerah pegunungan
(Los Altos) di negara bagian Jalisco di barat Meksiko. Tanah vulkanis di
sekitar Tequila dianggap cukup baik bagi pertumbuhan agave biru, dan lebih dari
300 juta tanaman tersebut di panen setiap tahun.[1] Undang-undang Meksiko
menegaskan bahwa tequila hanya bisa dibuat di Jalisco dan daerah di Guanajuato,
Michoacán, Nayarit, dan Tamaulipas.
No comments:
Post a Comment